Seorang ibu hamil datang ke apotek membeli obat cacing. Ketika ditanya apakah ia yakin cacingan, ia menjawab yakin karena anusnya gatal.
Ini sebetulnya kurang tepat. Memang betul bahwa salah satu gejala cacingan adalah rasa gatal di anus atau dubur (atau bahasa Jawa-nya, silit). Akan tetapi ini tidak bisa dibalik menjadi: “Kalau anus gatal berarti cacingan”. Dubur gatal itu penyebabnya macam-macam. Tidak selalu cacingan.
Contoh penyebab anus gatal lainnya:
-
Infeksi jamur
-
Iritasi
-
Tinja keras (sembelit)
-
Ambeien/wasir
-
Alergi
Kalau diobati dengan salep antijamur atau antialergi, ternyata sembuh, berarti itu bukan cacingan. Selengkapnya baca Bab Obat Alergi, Obat Ambeien, Obat Gatal, Obat Susah Buang Air Besar.
Gatal cacingan biasanya terjadi pada anak-anak karena mereka makan sembarangan. Makanan mereka mudah terkontaminasi telur cacing. Rasa gatal pada umumnya terjadi di malam hari ketika cacing keluar ke anus untuk bertelur. Kalau gatalnya terjadi terus-menerus, kemungkinan besar itu bukan cacingan.
Kalau ibu hamil minum obat cacing padahal dia tidak cacingan, maka obat ini bukan hanya mubazir tapi juga bisa mempengaruhi janin.
Kita dengan gampang menyimpulkan gatal di anus sebagai cacingan itu karena terbawa oleh pengalaman orang-orang zaman dulu. Dulu ketika kebersihan lingkungan masih buruk, hampir semua orang kena cacingan. Dulu masih banyak orang buang air besar di pekarangan rumah, tidak di WC siram seperti sekarang. Telur cacing mudah sekali mengontaminasi makanan.
Nenek kita zaman dulu punya cara sederhana mengetahui anaknya cacingan atau tidak. Sehabis anak buang air besar, tinja dikorek-korek dengan kayu lalu cacingnya dilihat dengan mata telanjang. Sekarang hampir semua orang BAB di WC siram, lantai rumah berkeramik. Jadi kita lebih sulit memastikan apakah kita kena cacingan atau tidak.
Cara nenek kita dulu mungkin kita anggap menjijikkan. Tapi inilah metode terbaik memeriksa cacingan. Sekarang tentu saja tidak dilihat dengan mata telanjang melainkan dengan mikroskop.
Tentu saja cacingan masih bisa dijumpai zaman sekarang. Tapi tidak sebanyak zaman dulu. Intinya, jangan mudah menyimpulkan cacingan hanya karena anus gatal. Apalagi ibu hamil harus sangat hati-hati minum obat. Intinya, penyebab gatal di anus itu macam-macam, Bu Maemunah.
OBAT CACINGAN BUAT IBU HAMIL
Bagaimana kalau ibu hamil memang benar-benar cacingan? Untuk kasus seperti ini, ada beberapa pedoman.
-
Cacingan sebetulnya bukan penyakit darurat yang harus segera diatasi hari ini. Diobati minggu depan atau bulan depan juga masih boleh. Masalahnya, kalau cacingan dibiarkan, nutrisi di perut ibu akan direbut oleh cacing sehingga bisa menyebabkan pertumbuhan janin terganggu. Jadi, cacingan harus diobati. Kalau si ibu minum obat, ada kemungkinan obat itu akan mengganggu pertumbuhan janin. Lha terus gimana dong? Silakan gunakan pedoman nomor dua.
-
Ibu hamil sebaiknya jangan melakukan pengobatan sendiri. Memangnya apakah berbahaya kalau ibu hamil langsung minum sendiri Combantrin? Wallahu a’lam. Lebih baik periksa ke dokter. Nanti dokter akan memilihkan obat yang risikonya paling kecil. Kalau yang cacingan bukan ibu hamil, pengobatan mandiri masih bolehlah. Tapi untuk ibu hamil, urusan minum obat harus sangat hati-hati. Selengkapnya baca juga Bab Obat Buat Ibu Hamil.
OBAT CACINGAN PADA ANAK
Di apotek sebetulnya ada banyak merek obat cacing. Kali ini kita fokuskan pembahasan pada merek yang paling terkenal dan paling banyak tersedia di apotek, yaitu Combantrin. Untuk anak, kita bisa memilih Combantrin sirup. Isinya pirantel pamoat.
Combantrin kemasan botol mini berisi 10 ml sirup. Cara minum obat cacing itu hanya sekali minum dalam dosis besar. Cukup sekali saja. Besoknya sudah tidak perlu minum lagi.
-
Anak PAUD-TK: setengah botol sirup.
-
Anak SD: 1 botol sekali tenggak langsung dihabiskan.
-
Anak SMP: 2 botol sekali tenggak langsung diminum.
-
Anak SMP bisa juga minum Combantrin tablet. Lebih murah.
OBAT CACINGAN PADA ORANG DEWASA
Orang dewasa bisa minum Combantrin tablet. Kemasan Combantrin tablet ada 2 macam. Ada yang berisi 4 tablet, masing-masing 125 mg. Ada yang berisi 2 tablet, masing-masing 250 mg.
Cara minumnya sama dengan anak-anak, yaitu sekali tenggak. Dosisnya 500 mg atau 1 blister (bahasa Jawanya 1 emplek) diminum semua sampai habis. Kalau yang tersedia di apotek adalah tablet 125 mg, maka dosisnya adalah 4 tablet ditenggak langsung sampai habis. Kalau yang tersedia di apotek adalah tablet 250 mg, maka dosis sekali minum adalah 2 tablet langsung.
Kalau memang minumnya langsung habis 500 mg, kenapa harus ada kemasan 4, ada yang isi 2? Kenapa tidak cukup isi 1 saja 500 mg? Bikin repot hidup orang aja. Kayak kurang kerjaan aja nih pabrik obat.
Jadi, begini, Bu Maemunah. Jangan suuzon dulu. Adanya pilihan mg itu supaya siapa pun bisa minum. Tinggal dosisnya saja disesuaikan. Misalnya:
-
Anak SMA dan orang dewasa minum 4 tablet @ 125 mg sekaligus.
-
Anak SMP minum 3 tablet @ 125 mg.
-
Anak SD minum 2 tablet @ 125 mg.
-
Anak TK pun sebetulnya bisa minum 1 tablet @ 125 mg, digerus dulu lalu ditambah air dan gula.
Jadi, begitu, Bu Maemunah.
Cara Mencegah Cacingan
-
Di warung
Zaman sekarang memang sebagian besar orang BAB di WC siram. Tinja langsung masuk ke sapiteng. Tapi penyebaran telur cacing masih mudah terjadi. Di kota-kota besar, di kawasan permukiman kumuh, banyak yang mengalirkan WC siramnya ke sungai. Sebetulnya ini bukan sungai melainkan got besar.
Air got ini biasa digunakan untuk menyiram jalanan saat musim kemarau. Sementara kalau musim hujan, airnya meluap membawa telur cacing. Ketika tanah kering, telur ini akan beterbangan bersama debu. Hinggap di warung-warung makan amigos di belakang gedung-gedung megah.
Untuk mencegahnya, kita bisa memilih makan di warung yang menjaga kebersihan dan menutup makananannya.
-
Di dapur
Di lahan pertanian, sayuran mungkin mengandung telur cacing dan terbawa sampai ke dapur kita. Misalnya bayam dan kangkung cabut. Sayuran ini biasa dicabut utuh sampai akarnya lalu dijual di pasar. Akarnya sengaja disertakan supaya daunnya tidak cepat layu. Untuk menghilangkan telur cacing, sayuran harus dibilas dulu lalu dimasak sampai matang. Sementara sayuran yang dimakan mentah seperti selada air atau kubis harus dicuci dengan air mengalir sampai bersih.
Cacing bisa juga mengontaminasi daging ternak. Kalau kita mengiris daging mentah, pisau dan bekas tempat mengiris harus segera dibersihkan.
-
Di kamar mandi
Cacing bisa saja masuk ke dalam kamar mandi lewat got. Di kamar mandi yang jarang dibersihkan, cacing bisa saja bertelur di lantainya. Telur cacing tertentu bisa masuk tubuh lewat pori-pori kaki. Untuk mencegah cacingan, kita harus rutin membersihkan lantai kamar mandi dan memakai sandal setiap ke kamar mandi.
-
Dari roda kendaraan
Kalau kita naik kendaraan melewati tanah, lalu kendaraan itu diparkir di dalam rumah, maka bisa saja roda motor itu membawa telur cacing ke dalam rumah. Telur cacing bisa saja masuk ke perut anak ketika ia makan kue lalu kuenya jatuh ke lantai, kemudian diambil dan dimakan lagi. Untuk mencegahnya, lantai rumah, terutama tempat parkir kendaraan, harus rajin kita bersihkan.
-
Dari kuku
Kalau kita sering memegang tanah, misalnya karena hobi berkebun atau memancing, kuku yang panjang bisa saja membawa kotoran dan telur cacing. Untuk mencegah cacingan, kita harus rajin memotong kuku dan mencuci tangan.
-
Dari hewan piaraan
Hewan piaraan mungkin saja pulang membawa cacing setelah berkeliaran di tanah. Kalaupun tidak dimandikan, setidaknya kaki mereka dibersihkan setelah dari luar rumah. Intinya, mencegah cacingan adalah dengan menjaga kebersihan.
Minum obat cacing setiap 6 bulan sekali?
Ada pendapat yang menyarankan kita sebaiknya minum obat cacing setiap 6 bulan sekali. Alasannya, obat cacing relatif aman, harganya murah, ampuh, dan mungkin dalam jangka waktu itu kita kena cacingan.
Sebetulnya saran yang lebih penting adalah menjaga kebersihan lingkungan. Cuci tangan, potong kuku, membersihkan sayuran, masak sampai matang, ke mana-mana pakai alas kaki.
Kita boleh saja minum obat cacing tiap 6 bulan kalau memang kita hidup di lingkungan yang berisiko tinggi kena cacingan. Misalnya, tinggal di dekat lingkungan kumuh dan sering beraktivitas di tanah. Kalau memang kita menjaga kebersihan dengan baik, dan tidak merasakan gejala cacingan, kita tak perlu minum obat cacing secara rutin.
Salah satu gejala cacingan yang populer adalah gatal di anus. Pada anak, gatal ini membuat mereka sering menggaruk-garuk anusnya. Mereka mungkin rewel tanpa penyebab yang jelas. Cacingan juga bisa menyebabkan gangguan perut, entah mual atau diare. Cacingan juga bisa menyebabkan anak mengantuk terus karena nutrisinya direbut cacing.
Jenis cacing sebetulnya macam-macam. Gejalanya juga macam-macam. Banyak di antaranya yang sama dengan penyakit lain. Kalau curiga cacingan, kita bisa meniru ibu-ibu zaman dulu. Ambil tinjanya, korek-korek dengan kayu, amati apakah ada cacing atau tidak. Jika mata kurang jelas, kita bisa menggunakan kamera ponsel yang megapikselnya tinggi.
Atau, kalau itu dianggap menjijikkan, masukkan tinja ke botol kecil, dan bawa ke laboratorium agar diperiksa dengan mikroskop. Ini cara paling jitu memastikan penyakit cacingan.
OBAT HERBAL BUAT CACINGAN
Di internet ada banyak rekomendasi obat herbal buat cacingan. Rekomendasi kami satu saja: temu ireng. Ini rimpang yang mirip jahe tetapi rasanya pahit sekali. Pahitnya nauzubillah. Sejak zaman dulu sudah biasa digunakan untuk mengobati cacingan. Sekarang jarang yang menanam rimpang ini. Kita bisa membelinya di marketplace seperti Tokopedia atau Shopee. Pilih rimpang segar, bukan bubuk.
Kelebihannya, temu ireng uga bisa meningkatkan nafsu makan. Cocok buat anak yang sulit makan. Sayangnya, rasanya super pahit. Agak sulit meminumkannya pada anak kecuali dengan cara dicekokkan.
Kalu sulit mendapatkan temu ireng, kita bisa mencoba pakai jus pare atau jus biji pepaya. Ini lebih mudah dicari.