Dalam urusan tipes, ada beberapa pedoman umum:

Sakit tipes adalah wilayah dokter.

Gejala tipes mirip gejala penyakit lain. Penyakit tipes tidak bisa cuma dikira-kira. Yang kita sangka sebagai tipes itu tidak selalu tipes. Untuk memastikan kita kena tipes, dokter pun tidak bisa main tebak. Harus berdasarkan gejala yang khas dan tes laboratorium.

Salah satu tes yang biasa dilakukan untuk diagnosis tipes adalah tes Widal. Tapi hasil tes ini tidak bisa serta merta dijadikan dasar untuk bilang tipes atau tidak. Hasil tes positif pun belum tentu tipes. Ini sudah terlalu rumit buat orang awam.

Banyak penyakit yang gejalanya mirip tipes. Demam tinggi. Badan lunglai. Tidak doyan makan. Kalau makan, muntah.

Orang sering dengan gampang menyimpulkan sakit tipes hanya karena sebelumnya pernah mengalami gejala yang sama. Padahal penyakit-penyakit infeksi lain juga gejalanya seperti itu. Salah satu gejala tipes yang khas adalah siklus demamnya. Malam hari demam tinggi tapi siangnya tidak.

Obat tipes adalah antibiotik.

Tipes tergolong penyakit serius. Sebaiknya pasien pergi ke dokter. Jangan memutuskan untuk membeli obat sendiri.

Tipes disebabkan oleh infeksi bakteri yang agak bandel. Bakteri ini tidak bisa dibasmi dengan antibiotik biasa seperti amoxicillin atau ampisilin. Harus antibiotik yang cukup kuat. Pemilihannya harus dilakukan oleh dokter.

Kalau kita salah beli obat, penyakitnya bisa makin parah. Kalaupun sembuh, nanti akan mudah kambuh. Maka, serahkan saja urusan ini kepada dokter. Kalau panas tidak turun dalam 3 hari, segera ke dokter.

Adapun obat-obat tradisional seperti ekstrak cacing, obat cina, atau obat herbal lain itu bukanlah obat utama. Pasien boleh saja mengonsumsinya. Tapi obat yang utama adalah antibiotik dari dokter. Selengkapnya baca poin nomor 6.

Antibiotik harus diminum sampai habis walaupun gejala sudah hilang.

Ini pedoman umum yang berlaku untuk semua jenis pil antibiotik. Antibiotik untuk tipes bermacam-macam. Misalnya tiamfenikol. Dokter sering meresepkan obat ini karena ampuh dan murah. Tapi bisa saja dokter meresepkan antibiotik jenis lain.

Contoh merek yang mengandung tiamfenikol: Alfatic, Anicol, Biothicol, Canicol, Cetathiacol, Comthycol, Conucol, Corsafen, Daiticin, Dexycol, Dionicol, Fenibios, Fosicol, Fusaltrax, Genicol, Hufathicol, Ipibiofen, Kalticol, Lacophen, Lanacol, Medtyaphen, Mesacol, Mirakap, Nikolam, Nufathiam, Opiphen, Phenobiotic, Phenomed, Promixin, Renamoca, Riamycin, Rindofen, Saltiam, Sendicol, Sithiam, Solathim, Thiamet, Thiamex, Thiamfilex, Thiamika, Thiamol, Thiamycin, Thianicol, Thiaven, Thislacol, Tiphutic, Urfamycin, Urfekol, Venacol, Yekathiacol, Zecathiam, Zicafen.

Kalau dokter meresepkan dua strip, antibiotik ini harus diminum sampai habis walaupun sudah tidak demam. Tujuannya supaya proses pembasmian kuman berjalan sampai tuntas. Kalau proses ini tidak tuntas, kuman bisa menjadi lebih bandel. Besok-besok kalau kita kena tipes lagi, mengobatinya jadi lebih susah.

Obat selain antibiotik ini boleh dihentikan kalau gejalanya sudah hilang. Bersama antibiotik, dokter biasanya akan meresepkan obat demam parasetamol. Kalau memang sudah tidak ada demam, parasetamol boleh dihentikan. Tapi antibiotik harus dilanjutkan sampai habis.

Pengobatan harus dibarengi dengan istirahat total.

Sembari minum obat, pasien harus istirahat total. Tiduran saja di rumah. Ini penting karena banyak orang kena tipes masih memaksakan diri bekerja.

Biasanya setelah tiga hari minum antibiotik, demam akan reda. Tapi ini tidak berarti penyakit sudah sembuh. Sebetulnya infeksinya masih ada. Antibiotik masih bertempur melawan kuman. Demam turun itu hanya karena kuman sedang mundur bersembunyi. Pasien sebetulnya masih sakit.

Kalau dia memaksakan diri bekerja, maka proses pengobatan ini bisa terganggu. Kuman tidak akan terbasmi tuntas. Kalaupun sembuh, nanti mudah kambuh.

Pengobatan harus dibarengi dengan pengaturan diet.

Penderita tipes biasanya disuruh makan yang halus-halus, misalnya bubur. Yang repot, makan bubur setiap hari itu sungguh membosankan. Padahal pasien tipes harus cukup makan bergizi.

Sebetulnya pasien boleh saja makan nasi dengan lauk enak seperti hari-hari biasa. Tapi nasinya yang lembut. Lauknya yang mudah dicerna. Hindari sayur yang banyak serat kasarnya. Pilih sayur yang seratnya lembut seperti bayam, brokoli, kembang kol, wortel. Kalau masak sayur, panaskan sampai benar-benar matang dan gampang dikunyah.

Makan buah pun boleh asal seratnya lembut seperti pisang, pepaya, blewah, semangka, melon, alpukat. Buah berserat kasar boleh saja dikonsumsi tapi diambil sarinya saja, misalnya sari buah jeruk manis, sari buah nanas madu. Hindari makanan yang pedas dan kecut sebab bisa mengiritasi saluran cerna. Pilih buah yang manis.

Ekstrak cacing boleh dikonsumsi sebagai pelengkap obat dokter.

Salah satu obat tradisional yang populer buat sakit tipes adalah ekstrak cacing. Misalnya merek Vermint, obat cina Shang Han Ning, Tileng.

Sampai sekarang ilmu pengetahuan belum bisa menjelaskan hubungan antara ekstrak cacing dan sakit tipes. Yang pasti, ekstrak cacing tidak bisa membunuh kuman tipes. Makanya dokter-dokter bilang, ini hanya mitos. Menyebutnya sebagai mitos sebetulnya lebay. Yang benar adalah, kita tidak tahu. Wallahu a’lam.

Mungkin asam amino dari ekstrak cacing bekerja seperti ekstrak ikan gabus pada orang yang habis operasi. Tapi sekali lagi, ini hanya spekulasi. Karena cara kerja ekstrak cacing belum jelas, jangan menjadikannya sebagai obat utama. Boleh saja diminum tapi hanya sebagai pelengkap obat dokter.

Sebagian orang beralih ke kapsul cacing karena merasa sakitnya tidak sembuh-sembuh di tangan dokter. Cara berpikir seperti ini sebetulnya keliru. Pertanyaannya adalah: kenapa tidak sembuh-sembuh? Apakah memang penyakitnya itu tipes? Bukan penyakit lain? Kalau memang penyakitnya bukan infeksi bakteri, tentu saja memang tidak akan sembuh kalau diberi antibiotik.

Pencegahan agar tipes tidak mudah kambuh.

Tipes disebabkan oleh bakteri. Cara terbaik mencegah tipes adalah menghindari bakteri itu. Caranya dengan menerapkan hidup bersih.

Bakteri tipes menular lewat tinja. Mengalir bersama air di dalam got. Air got ini kadang dipakai buat menyiram jalanan supaya debu tidak beterbangan. Ketika jalan yang disiram ini kering, kuman akan beterbangan menumpang debu. Hinggap di makanan warung di pinggir jalan. Atau, bisa saja kuman naik ke darat karena air got naik terbawa banjir.

Tapi gimana dong, masak kita gak boleh makan di warung pinggir jalan? Padahal banyak warung-warung “amigos” yang masakannya lezat sekali.

Di Indonesia, menghindari warung pinggir jalan hampir mustahil. Maka benteng kedua adalah menjaga daya tahan tubuh. Menerapkan pola hidup sehat. Sehingga, kalaupun di makanan kita ada sedikit kuman tipes, kuman itu tidak sampai menyebabkan kita jatuh sakit.

Sebetulnya setiap hari kita terpapar kuman. Tapi kenapa kita tidak jatuh sakit? Karena kita punya daya tahan tubuh yang baik.

Kalau kita pernah kita tipes, kita harus lebih hati-hati makan. Hindari makanan yang mengiritasi seperti makanan pedas atau kecut. Iritasi akan membuat kuman mudah menginfeksi.

Agar daya tahan tubuh tidak anjlok, kalau bekerja, jangan terlalu ngoyo. Sebab siklus tipes sudah jelas: kerja-kerja-kerja-tipes. Kalau ini diulang-ulang terus, siklusnya akan berubah: kerja-tipes-kerja-tipes. 

Mau?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *